Style Komik Indonesia
iklan
iklan
Salah satu topik yang sering dibahas dalam dunia komik, dari dulu hingga sekarang, dari senior hingga para pemula dalam dunia komik adalah tentang style gambar asli Indonesia. yah tidak bisa dipungkiri bahwa style gambar dalam originalitas komik sangat mempengaruhi identitas dari pengarangnya. Kita bisa mengenal betul apakah komik itu berasal dari jepang dengan melihat Manga, atau berasal dari Amerika jika melihat Marvel Komik, atau bisa mengetahui Tower of God adalah Komik Manhwa dari Korea. Mengapa demikian? karena hanya dengan melihat style gambar dari komik tersebut kita membayangkan darimana asal komik tersebut dan style apa yang dipakai.
Saya jadi ingat beberapa tempo lalu, saat seorang senior mengatakan "Kemana komik Indonesia" di acara yang sebenarnya memamerkan beragam komik karya anak bangsa. Lalu mengapa beliau sampai berkata demikian? jawabannya adalah karena saat ini gambar komik di Indonesia banyak dipengaruhi oleh style gambar Jepang dan Amerika. Tidak dapat disalahkan, itu karena emang manga asal Jepang sangat terkenal di seluruh dunia dangan budaya Anime dan Manganya. Terlebih lagi menurut saya style gambar ala manga yang begitu simple tapi tetap menawan memang sangat mudah untuk diikuti daripada style gambar lain.
Lalu, Seperti apakah style gambar komik yang meng-Indonesia itu?
Mari kita simak beberapa ulasan mengenai style gambar komik Indonesia, menurut salah satu Komikus Indonesia ini, Mas Chris Lie.
Jawaban orang dari pertanyaan tersebut tentulah berbeda-beda, ada yang bilang seperti komik Gundala atau Si Buta dari Gua Hantu, Komik Wayang Pak RA Kosasih, gaya Sawung Kampret, Benny, Mice, atau bahkan ada yang menganggap relief di Candi Borobudur itu adalah style gambar Indonesia. Semua jawaban diatas benar.
Menurut saya, style gambar Indonesia itu ada, tetapi selalu berubah dan berevolusi seiring berjalannya waktu karena terpengaruh oleh berbagai hal, baik dari lingkungan dalam maupun luar negeri.
Kenapa style gambar Indonesia itu ada? Karena walaupun kita meniru atau terpengaruh oleh sebuah style gambar orang lain dari luar Indonesia, pastilah tidak akan sama persis karena ada faktor lingkungan yang membuat gambar orang Indonesia beda dengan negara lain. Bisa mirip, tapi tidak akan sama persis.
Style gambar itu juga dianggap ada apabila banyak orang yang menggunakan style yang mirip, misalnya di Jepang, sebenarnya style gambar Naruto, One Piece, Bakuman, Conan, Clamp, Blade of the Immortals itu berbeda-beda, tetapi ada kesamaan bahasa visual yang membuat style gambar seperti itu disebut style gambar Jepang.
Baik Amerika, Jepang, Hongkong dan Eropa, mereka butuh paling sedikit 50 tahun untuk membuat suatu style visual yang established, itupun dengan catatan industri komiknya tidak pernah terputus. Sayangnya industri komik di Indonesia pernah terputus di tahun 80-an dan baru mulai muncul lagi di tahun 90-an akhir dengan generasi komikus yang sama sekali berbeda, yaitu Kapten Bandung & Caroq.
Hal ini menimbulkan loncatan perubahan style yang sangat berbeda sehingga sering terjadi polemik mengenai apakah style visual komikus tahun 90-an itu cukup meng-Indonesia, karena berbeda sekali dengan style visual generasi sebelumnya
So, Apakah Jepang menciptakan style gambar mereka sendiri tanpa pengaruh dari luar? Ternyata tidak, hal ini bahkan diakui sendiri oleh Bapak Komik Jepang, yaitu Osamu Tezuka, bahwa pada awal karirnya di sekitar tahun 50-an, beliau berkiblat dan belajar banyak dari Disney. Tetapi sebagai orang Jepang, beliau juga mempunyai kosa kata visual sendiri dan setelah berevolusi selama puluhan tahun, jadilah style visual/gambar Jepang yang kita lihat sekarang.
Proses belajar itu terbagi dari 3 tahapan:
Pertama: Meniru, Kedua: Mengembangkan, Ketiga: Menciptakan Sesuatu yang Baru
Setiap komikus atau ilustrator pasti melalui tahapan ini dan pada saat kita mulai belajar, meniru komikus yang dikagumi bukanlah sesuatu yang patut membuat kita malu. Selain style gambar, tema cerita dan komposisi gambar komikus yang kita sukai juga merupakan hal-hal yang banyak menjadi inspirasi ketika kita membuat komik sendiri.
Bagaimana dengan Indonesia sendiri? Apakah style gambar dan tema komik dari komikus-komikus kita juga terpengaruh oleh komikus dari negara lain?
komik strip si Put On karya Kho Wan Gie di harian Sin Po, terbit tahun 1931 dan disebut-sebut sebagai komik pertama Indonesia. Kita lihat terpengaruh oleh style visual China. |
Sie Djin Koei (1955), karya Siauw Tik Kwie/Otto Suastika yang sangat terpengaruh oleh visual Wayang Potehi. |
Sri Asih karya Pak RA Kosasih terbit 1954. |
Godam (1967) |
Gundala (1969) |
Dan contoh komik-komik Indonesia lainnya yang terpengaruh oleh komik atau karakter dari luar:
Dalam perjalanannya, komikus Indonesia mulai mengeksplorasi tema-tema selain superhero, yaitu drama (Jan Mintaraga), sejarah, dan silat. Dan puncaknya adalah komik-komik Wayang karya (alm) Pak RA Kosasih yang membuat beliau menjadi legenda komik Indonesia.
(alm) Pak RA Kosasih |
Ketika kecil, saya pribadi paling menyukai komikus Henky karena style gambarnya lebih rapi dan bersih, storytelling yang enak dibaca, dan gambar karakter perempuan sangat cantik. Terlihat beliau terpengaruh oleh Frank Frazetta yang tenar pada masa itu. Karya favorit saya adalah Si Burung Nazar.
Bagaimana dengan gambar komik Indonesia sekarang? Dikarenakan komikus muda Indonesia saat ini tumbuh dengan lebih banyak membaca komik terjemahan dari luar, maka style gambar yang digunakan tentu banyak terpengaruh dari komik-komik yang mereka baca. Hal ini merupakan hal yang wajar dan dengan bertambahnya jam terbang mereka, akan tercipta style gambar yang menjadi khas masing-masing komikus Indonesia yang nantinya akan menjadi style komik Indonesia masa depan.
Volt, Komik karya Marcelino Lefrandt dan Aswin Siregar |
Grey dan Jingga, Komik Karya Sweta Kartika |
Me vs Big Slacker Baby, Karya Annisa Nisfihani |
Dan masih banyak lagi karya karya anak bangsa lainnya, kalian bisa melihatnya di majalah-majalah komik Indonesia, seperti Kosmik, Re:on, ataupun yang terbit secara Indie, cetak maupun online.
iklan